Nabi palsu dalam Lintasan Sejarah
Beberapa tahun yang lalu masyarakat di kagetkan oleh munculnya bebrapa orang yang mengaku nabi. Fenomena ini bukanlah hal yang baru, sebab daftar panjang kemunculan nabi palsu sudah dimulai sejak nabi masih hidup. Dimulai dari Musailamah bin Tsumamah Alkadzab, ahmad mushoddeq, dan lain-lain . deretan nabi-nabi palsu seolah-olah meludahi bendera spiritualitas agama islam.
Bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang nabi dan rosul terakhir merupakan sebuah konsensus umum. Hampir-hampir tidak ada yang menyanggah konsep nabi sebagai khotamul ‘anbiya. Konsep ini bersumber dari surat alahdzab ayat 40, Alhafidz Ibnu katsir ad-Dimasyqi dalam kitab tafsir Alqur’an Al-Azhim ( 3/650) menyebutkan bahwa ayat ini adalah nash bahwa tidak ada nabi lagi setelah Nabi Muhammad SAW.
Jika tidak ada Nabi setelah beliau tentu tidak ada rosul setelahnya, karena jenjang kerosulan lebih khusus dibandingkan dengan jenjang kenabian. Hal ini disebabkan karena setiap rosul adalah Nabi dan bukan sebaliknya. Namun bila konsep khotamul Anbiya ini kemudian dipelintir menjadi makna ‘cincin’ atau ‘hiasan para rasul’ seperti yang dilakukan oleh goongan ahmadiyah, maka kemunculan nabi-nabi palsu bisa saja terjadi.
Kemunculan Lia Aminudin, Lia eden dan Ahmad Mushoddeq yang kemudian mengaku sebagai sosok nabi, sebenarnya bukanlah fenomena baru. Berabad-abad lalu, sosok nabi palsu terus hadir seolah membayangi bendera kekuasaan islam. Pengklaiman ini bahkan sudah terjadi sejak islam muncul, tepatnya menjelang wafatnya Nabi Muhammad sekitar tahun 10 Hijriyah.
Sejarah mencatat Musailamah Alkadzab mengaku sebagai nabi. Ia adalah seorang kepala suku yamamah. Meskipun saat itu nabi masih hidup, namun ia tidak gentar sedikitpun menyatakan bahwa dirinya seorang nabi. Dalam dakwaannya ia mangaku menerima wahyu dari malaikat yang kemudian ia sebut sebagai rahman sebagai tandingan al-Quran yang dibawa Nabi Muhammad. Hal ini berrmula ketika Musailama Alkadzab yang sebenarnya bernama Harun bin Habib alhanafi bersama rombongannya sebagai utusan dari bani hanifah datang menghadap Nabi Muhammad di Madinah dan memeluk islam. Tapi kemudian sekembalinya dari Madinah ia berbalik menjadi kafir dan malah mendakwakan dirinya sebagai seorang nabi. Berkat kekuasaan Allah ia kemudian mati dibunuh kholid bin walid pada masa kholifah Abu Bakar As-Shiddiq.
Berbeda dengan Musailamah Alkadzab, Thulaihah bin khuwalid yang mengaku sebagai nabi mengaku tidak memiliki alquran tandingan. Ia hanya mengaku mendapat wahyu yang dibawa oleh Dzun Nun. Hal ini wajar terjadi sebab mayoritas kaumnya adalah ahli bahasa. Dan kebanyakan mereka mengikuti hanya semata-mata ingin mendapat pangkat dan kedudukan.
Diantara nama lain yang muncul pda periode ini adalah Aswad Al-Ansyi. Dia adalah kepala bani Madhij didaerah yaman. Berkat keahliannya sebagai tukang tenung( santet ), tukang sihir, dan seorang kaya raya di Shan’a, dia menjadi sangat berpengaruh dikalangan kaumnya dan banyak yang terpikat padanya karena kelebihannya. Pada tahun ke-10 Hijriyah, Awad telah memproklamirkan diri sebagai Nabi yang ditunjuk oleh Allah. Menurut pengakuaanya ia didampingi oleh dua orang malaikat yang memberitahukan kepadanya apa saja yang terjadi dan akan terjadi. Kedua malaikat tersebut bernama suhaiq dan Syuqaiq, sebenarnyalah kedua makhluk yang mendampingi aswad adalah setan yang mendampingi tukang sihir dan tukang tenung.
kejahatan Aswad Alansyi akhirnya dapat dihancurkan oleh kaum muslimin. Ia mati ditangan Fairuz ad-Ddailamy dengan cara dipenggal lehernya dalam keadaan mabuk.
Setelah wafatnya rosul, tidak serta merta penyelewengan terhadap agama ini surut. Nama-nama pendusta agama ini terus bermunculan. Diantara meraka adalah sajjah bintul kharif atthaghlabiyah, almukhtar bin Ubaid attsaqofiy, Alharits bin Said, bayan bin Sam’an, AlMughiroh bin Sa’id al Ijliy, Abu Mansur Alijl, Abul Khothob Al-Asadi, Ali Ibnul Fadhol, Alhimyaryi. Balakangan ini mucul nabi palsu semisal Muhammad Ali Mirza ( pimpinan sekte sesat dan kafri albabiyah), Husain Ali Al-mazindaroni ( pimpinan aliran sesat dan kafir albahaiyah), hulam Ahmad bin Mirza ghulam ( Mirza Ghulam Ahmad, pimpinan aliran sesat dan kafir ahmadiyah)
Meskipun terdapat konsep yang menyatakan bahwa seorang pemimpin itu harus berasal dari kaum adam, namun dalam hal ini ternyata kaum hawapun turut mewarnai daftar nabi-nabi palsu. Diantaranya adalah Sujah bintul Harits dan Lia eden.
Pertumbuhan nabi pals uterus mengalami pasang surut seiring sengan perkembangan zaman. Banyaknya jumlah mereka setidaknya mmengidentifikasi bahwa mereka tak pernah absen dalam setiap decade. Mereka selalu hadir membayang-banyangi islam, seolah ingin mengejek kurangnya kualitas keislaman dari kaum muslimin. Hal ini terbukti dengan kaum muslimin yang kemudian ikut dalam ajaran sesat mereka.
Fakta menyebutkan bahwa setidaknya 40 ribu umat islam telah masuk ajaran Alqiyadah. Dan ada 150 ribu orang pengikut ahmadiyah yang bawa oleh Mirza Ghulam Ahmad. Kedua jumlahh tersebut terlalu sedikit dibandingkan dengan gerakan Bahaiyyah yang kini sudah mencapai 2 juta pengikut yang tersebar diseluruh dunia kecuali Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, para nabi gadungan ini ternyata hanya muncul dijazirah arab saja. Mereka hampir sebagian besar tumbuh didaerah berbasis orang islam. tercatat lebih dari lima Negara pernah menjadi tempat lahirnya nabi palsu. Diantara Negara-negara tersebut adalah iran, irak, Indonesia, atawa, India dan Pakistan.
Di Indonesia, keberadaan nabi palsu ini seolah dipupuk subur. Fakta menyatakan bahwa saat ini waktu yang bersamaan muncul dua orang yang masing-masing mengaku sebagai nabi. Kemunculan dua nabi ini setidaknya menimbulkan sebuah pertanyaan dibenak hati kita. Apakah kemunculan kedua nabi ini semata-mata murni karena adanya kedangkalan atau kekeliruan dalam memahami islam? ataukah ini berkait dengan usaha menghancurkan islam di Indonesia yang merupakan Negara pemeluk islam terbesar didunia?.
Di Indonesia ada bebrapa orang yang mengaku sebagai nabi yang menerima wahyu diantaranya
Zikrullah Aulia Allah dari sulawasi tengah
Ali Taetang berasai dari Baggai
Dedi Mulyana Alias Eyang eded, berasal dari banten. Nabi palsu ini sebenarnya adalah dkun cabul.
Lia aminudin berasal dari Jakarta. Ia mengaku menerima wahyu dan di vonis selama dua tahun penjara.
Ahmad Mushoddeq yang membawa ajaran Al-Qiyadah Alislamiyah dan mengaku menerima wahyu.
Suara santri As-Saidiyah
Hani barizatul baroroh
Alumni PP. As-saidiyah
0 Response to "Nabi palsu dalam Lintasan Sejarah"
Posting Komentar