Remaja dan televisi
Perkembangan keilmuan dewasa ini dibarengi juga dengan majunya media informasi baik medio audio maupun audio visual yang dari waktu ke waktu luar biasa canggih. Namun kemoderenan yang tidak diimbangi dengan aturan khususnya agama, cenderung keblabas dan tidak lagi menghiraukan norma-norma yang dianggap tabu di masyarakat. Agama adalah sumber kekuatan batin, kesuksesan dan kejayaan manusia semakin hari semakin semakin disia-siakan oleh pemeluk-pemeluknya. Baik kaum laki-laki, perempuan maupun anak-anak semua terperangkap dalam kesia-siaan, sehingga mereka tidak mengetahui lagi jalan yang dapat menyelamatkan mereka di dalam kehidupan dunia dan akhirat.
TV sebagai sumber dan media informasi yang bermanfaat bagi kehidupan sosial masyarakat, justru berubah menjadi induk kejahatan, kemaksiatan dan kesia-siaan. Acara-acara yang ditayangkan sebagian besar bertentangan dengan sopan santun, rasa rendah hati dan akhlak mulia yang dipahami oleh umat islam selama ini. Dalam kamus Ensiklopedia the reader’s Digest Great mendefinisikan TV sebagai berikut “ reprosuksi visual secara simultan dari adegan sasaran, pertunjukan dan sebagainya yang diterima dari jarak jauh. Melalui antenna pemancar yang dialirkan salam electromagnetic, inilah berwujud menjadi gambar yang seolah-olah sama seperti aslinya ketika diambil gambarnya.
Televisi adalah media yang paling banyak dan luas yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Untuk menontonnya tidak membebani syarat bagi masyarakat dalam menikmatinya.
Sebagai primadona media, televisi memberikan imbas yang luar biasa bagi kehidupan masyarat dengan maraknya gaya hidup konsumeristik dan hedoisme. Gaya hidup yang muncul merupakan gaya hisup yang virtual dan superficial. Televise mempunyai kemampuan membius, membohongi dan melarikan masyarakat pemirsanya dari kenyataan-kenyataan kehidupan sekelilingnya.
Sebuah benda yang berbentuk kotak tapi luar biasa dapat menyeret remaja pada kehidupannya. Karena mereka banyak meniru dan mengadop kalimat-kalimat yang sering muncul dalam acara hiburan, sinetron, infotaiment dan reality show yang sering lepas dari norma-norma kepatutan yang berlaku dimasyarakat dan meninabobokan mereka hingga mereka kecanduan. Daya kreatifitas mereka terkebiri dengan tayangan-tayangan stasiun televise yang berlomba menyuguhkan menu acara yang membingungkan pemirsa untuk memili yang bagus diantara terbagus.
Menurut ulama dalam televise dan islam, TV selain sebagai agen terkuat dalam amoral, juga merupakan sumber kejahatan seperti kekejaman, penyerangan, perampokan, pembunuhan dan sebagainya merupakan kejahatan yang langsung dipelajari oleh remaja melalui tayangan televise. Di Amerika Serikat, kejahatan dan tindakan amoral remaja banyak terjadi kerena mereka meniru kejahatan melalui televisi. Selain itu mereka sering menonton tayangan televisi menjadi tidak sensitive lagi terhadap kekejaman yang dilakukan pada orang lain. Hal ini di ungkapkan oleh Dr. Robert Liebert seorang ahli jiwa anak. Amerika Serikat sebagai Negara super power yang sangan maju di dunia saja merasakan dampak negatif dari tanyangan televise, lalu bagaimana dengan Negara Indonesia yang mesih tataran berkembang? , tentu efeknya dapat kita rasakan khususnya remaja yang menjadi penerus generasi tua. Selain itu semangat dan minat remaja dalam beribadah sebagai media komunikasi dengan tuhanpun menurun karena hatinya terkontaminasi oleh tayangan televisi yang menggoda hatinya. Perilaku mereka juga banyak yang mengadopsi dari berbagai macam tayangan yang disugukan lewat televisi, mulai dari gaya berbicara, diksi, cara berpakaian, model rambut dan sebagainya.
Hal yang kita lakukan agar tidak terlena dan tergelincir dalam kubangan dan penyesalan. Mulai sekarang batasilah melihat tayanga televise! Lepas itu dilarang atau dilarang orang tua. Dalam diri seyogyanya ditanamkan prinsip bahwa televisi membuat kita bodoh, dan lembat dalam berfikir. Dan televise selalu menghambat pertumbuhan intelektual untuk mempelajari sesuatu.
Mari kita berjuang bersama dalam mengalahkan penjajahan budaya yang tidak kita sadari via media audiovisual.
Sumber: Suara Santri As-Saidiyah
Oleh
Hj. Sa’adatul Athiyah,Mpd.
0 Response to "Remaja dan televisi"
Posting Komentar